Langkah Cerdas Generasi Sandwich

Erlina Juwita, MM, CFP®, CSA®, QWP® | @erlrights

5 Mins Read


Istilah generasi sandwich pertama kali muncul di tahun 1981 oleh Dorothy Miller1) (pekerja sosial) dan Elaine Brody2) (ahli gerontologi), yang merujuk pada perempuan di usia 30-an atau 40-an yang harus mengasuh anak dan bersamaan pula merawat orang tua. Dengan berjalannya waktu, hal ini tidak saja dialami perempuan tetapi juga oleh laki-laki. Dan bertambahnya usia harapan hidup dan usia saat memiliki anak, maka menyebabkan usia generasi sandwich bergeser  menjadi di kisaran 40-an hingga 60-an.

Ada lima generasi sandwich di Indonesia :

Pertama, open faced sandwich  yakni mereka yang belum menikah, namun harus membiayai orang tua atau adik/kakak. Pada umumnya, generasi sandwich adalah orang-orang dari kelompok ekonomi ke atas dan kebanyakan dari mereka masih bisa menabung untuk dana darurat.

Kedua, extended open faced sandwich  yakni kondisi yang dialami oleh generasi Y yang harus menanggung orang tua dan adik/kakak.

Ketiga, traditional sandwich yakni mereka yang masih tinggal bersama orang tua dan anak. Sehingga, mereka harus membiayai orang tua dan anak. Mereka juga menabung dana pendidikan untuk anak.

Keempat, extended sandwich  yakni mereka yang menanggung biaya hidup orang tua, lebih dari 1 orang adik/kakak, dan juga anak. Biasanya, mereka memiliki penghasilan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup dan lebih khawatir untuk bisa membayar utang

Tipe kelima adalah club sandwich yakni mereka yang harus membiayai orang tua, kakek/nenek dan anak, atau mereka yang harus menanggung biaya hidup orang tua, anak dan cucu. Tipe ini memiliki tanggungan paling besar.

Apakah Anda termasuk generasi sandwich? Jika iya, maka Anda perlu memiliki kemampuan perencanaan keuangan yang baik, sehingga Anda tidak terus menerus merasa terjepit dan dapat membiayai kehidupan Anda dan keluarga secara terencana.

Langkah awal dan utama yang perlu dilakukan adalah menguatkan fondasi keuangan keluarga sendiri terlebih dahulu. Anda perlu membuat perencanaan keuangan dengan dana darurat yang cukup, cash flow positif (pengeluaran lebih kecil daripada pemasukan), memiliki tujuan investasi jangka panjang, dan tak bergantung pada satu sumber pemasukan.

Selain itu, usahakan juga untuk sebisa mungkin pengeluaran Anda tidak didominasi utang ataupun cicilan. Sebagai langkah sederhana, Anda dapat melakukan prinsip prudence. Prinsip prudence di sini dapat saya artikan sebagai cara hidup sesuai dengan kapasitas dan kemampuan diri. Jangan berlebihan apalagi berutang demi memenuhi keinginan. Jika Anda tetap ingin berutang untuk memiliki aset aktif, coba hitung dulu deh menggunakan kalkulator OneShildt.

Nah, jika keuangan Anda  sudah cukup kuat dan stabil, maka Anda bisa menyokong keluarga tercinta dengan aman. Semakin Anda memelihara kondisi keuangan dengan baik, semakin mapan, maka Anda akan semakin bisa memberi lebih banyak kepada tanggungan-tanggungan Anda.

Sumber:

  1. Miller, D. (1981). “The ‘Sandwich’ Generation: Adult Children of the Aging.” Social Work.
  2. Brody, E.M. (1981). “Women in the Middle and Family Help to Older People”. Gerontologist.