Evaluasi Ketahanan Keuangan Saat Pandemi

 

(Topik ini diberikan pada 24 September 2020 dalam rangkaian program “Padma EduShare”, merupakan kerja sama OneShildt Financial Planning dengan Padma Radya Aktuaria)

 

 

Pada sesi ini kami menjelaskan bahwa terjadinya pandemi tidak saja berdampak pada kesehatan namun juga berdampak secara finansial dalam keluarga  antara lain terjadinya PHK, penurunan pendapatan, dan peningkatan pengeluaran. Mengingat masa pandemi diperkirakan masih akan berlangsung lama, maka keluarga harus mempersiapkan diri agar memiliki ketahanan keuangan. Kesehatan arus kas, kecukupan dana darurat, dan proteksi  adalah yang menjadi penentu ketahanan keuangan saat terjadi risiko finansial. Oleh karena itu beberapa hal yang harus dilakukan dalam evaluasi ketahanan keuangan saat pandemi adalah:

  1. Cek kondisi arus kas, terutama jika mengalami pengeluaran lebih besar daripada pemasukan
  2. Cek rasio utang, terutama jika rasio cicilan semua utang lebih besar terhadap pendapatan lebih besar dari 35%
  3. Cek dana darurat, terutama jika dana darurat masih kurang dari 3 bulan kebutuhan hidup
  4. Proteksi kesehatan dan jiwa, terutama jika proteksi yang dimiliki belum memadai.

 

Sesi tanya jawab:

Q: Untuk dana darurat lebih bagus simpan dimana?di rumah dalam bentuk cash atau di atm?

A: Dana Darurat dapat disimpan di tempat yang dapat dicairkan secara cepat. Jika disimpan dalam bentuk uang cash bisa disiapkan tunai misalnya 1 bulan pengeluaran, dan  sisanya disimpan di rekenin. Sebaiknya disimpan di rekening yang terpisah dari rekening operasional, agar hanya digunakan saat darurat saja.

 

Q: Apakah emas dapat digunakan sebagai dana darurat?

A: Dana darurat disiapkan dalam bentuk aset yang likuid (mudah dan cepat dicairkan) dan nilainya tidak berubah secara signifikan. Sehingga emas idealnya tidak digunakan sebagai dana darurat.

Namun demikian, jika dana darurat yang disiapkan cukup besar (misalnya 6x pengeluaran bulanan), maka emas bisa sebagai digunakan untuk diversifikasi namun komposisinya bukan yang terbesar, misalnya 2x pengeluaran dalam bentuk cash atau tabungan, 3x pengeluaran dalam bentuk deposito, dan 1x pengeluaran dalam bentuk emas (logam mulia, bukan perhiasan)

 

Q: Apa saja contoh tujuan keuangan jangka pendek dan jangka panjang?

A: – Tujuan keuangan jangka pendek misalnya sampai dengan 1 tahun ke depan, contoh untuk liburan/travelling atau membeli aset dalam waktu dekat.

– Tujuan keuangan jangka menengah, kisaran waktunya 1 sampai 5 tahun, misalnya untuk dana pernikahan, dana perjalanan ibadah.

– Tujuan jangka panjang misalnya untuk mempersiapkan dana pensiun , dana pendidikan anak masuk universitas yang waktunya lebih dari 5 tahun dari sekarang

 

Q: Seperti diketahui bahwa saat pandemic ini banyak sekali properti yang menawarkan potongan harga besar-besaran. Sehingga membuat kita tertarik, termasuk saya. Saat ini penghasilan tetap, pengeluaran juga sebetulnya relatif stabil, namun saat ini saya juga sedang memiliki cicilan KPA dan KPR, dengan pengeluaran yang belum mencapai 40% dari salary, Tapi seandainya saya berinvestasi property lagi, pengeluaran saya akan mencapai 50% dari salary. Apakah sebaiknya saya meneruskan rencana berinvestasi property lagi, atau sebaiknya ditunda? jika ditunda, saya khawatir harga property akan kembali naik saat pandemic mulai membaik.

A: Pertama: perlu dilihat tujuan berinvestasi properti untuk apa, karena sebaiknya kita berinvestasi untuk tujuan keuangan yang jelas.

Apakah pengeluaran yang dimaksud adalah pengeluaran untuk membayar cicilan? Kalau iya, sebenarnya sudah melebihi dari yang disarankan, dimana sebaiknya maksimal 35% dari pendapatan. Jadinya tidak sehat, khawatir akan kebutuhan-kebutuhan lain yang belum terpenuhi  yang tidak bisa dipenuhi / tidak cocok jika kita menggunakan properti sebagai sarana investasi.

Sebaiknya saat pandemi seperti ini, saat risiko ketidakpastian semakin tinggi, sebaiknya porsi utang dalam bentuk apapun justru dikurangi bukan ditambah. Karena kita tidak tahu risiko yang kita hadapi kedepannya seperti apa. Jadi, kalau menurut saya pribadi, sebaiknya ditunda dulu. Momen ini dijadikan evaluasi ketahanan keuangan saja, seperti yang saya sampaikan.

Jangan lupa juga juga menyesuaikan produk investasi dengan tujuan keuangannya.

Dilihat dari profil risiko Bapak yang sepertinya tipikal agresif, maka mungkin bisa memanfaatkan momen penurunan harga properti ini asalkan 2 properti yg lainnya juga sudah produktif (seperti disewakan) sehingga bisa menambah penghasilan. Dengan demikian rasio cicilan utang yang dimiliki mungkin bisa lebih kecil lagi.

 

Q: Apakah  perusahaan harus memiliki dana darurat juga, kalau  iya berapa besarannya dan digunakan saat situasi seperti apa?

A: Dana darurat bagi perusahaan parameternya agak berbeda. Karena tujuan dana darurat perusahaan untuk mempersiapkan jika cashflow perusahaan terganggu dan untuk mengantisipasi pengeluaran apa saja, misalnya pesangon karena PHK, pensiun, dll. Dana Darurat juga bisa untuk mengantisipasi jika terjadi perubahan kondisi ekonomi supaya perusahaan punya waktu untuk beradaptasi akibat penurunan pendapatan atau mengantisipasi terganggunya cashflow akibat keterlambatan pembayaran dari pelanggan seperti kondisi saat ini misalnya. Nilainya berapa tergantung industrinya.