Bagaimana Memanfaatkan Asuransi Jiwa Untuk Melindungi Keluarga
Aziza Fitriani, CFP® QWP® AEPP®AWP® | @azizafauzy
2 Mins Read
Bukan hal yang baru kita ketahui bahwa asuransi jiwa saat ini sudah menjadi bagian penting dalam sebuah rencana keuangan. Tak sedikit masyarakat yang sadar betul bahwa asuransi jiwa begitu penting buat diri mereka dan terutama adalah untuk orang-orang terkasih. Walaupun awalnya tak sedikit pula orang yang berpikir tabu membicarakan asuransi jiwa, Mengapa demikian? Karena ketika berbicara asuransi, kita juga membicarakan tentang kemungkinan risiko sakit, kecelakaan atau bahkan meninggal dunia. Untuk sebagian orang hal tersebut dianggap tabu.
Nah, apa saja sih manfaat asuransi jiwa buat keluarga?
1. Sebagai jaring pengaman saat pencari nafkah mengalami risiko.
Pencari nafkah dalam keluarga bisa orangtua ataupun anak, pada prinsipnya asuransi jiwa dibeli untuk melindungi breadwinner atau pencari nafkah. Dalam asuransi jiwa dikenal istilah tertanggung, yaitu orang yang jiwanya diasuransikan atau dengan kata lain dilindungi risiko finansialnya atas suatu sebab tertentu seperti sakit, kecelakaan atau meninggal dunia.
Sebaiknya pencari nafkah dicantumkan sebagai tertanggung dan sekaligus sebagai pemegang polis (orang yang tercantum namanya secara administratif dan sebagai pembayar).
Mengapa demikian? Karena asuransi akan bekerja mengalihkan risiko-risiko yang terjadi pada si pencari nafkah. Yang kita takutkan apabila terjadi risiko meninggal dunia/ sakit/ kecelakaan akan dapat mengganggu jalannya rencana kehidupan keluarga ke depannya.
Misalkan ketika breadwinner meninggal dunia, maka semua tanggungan yaitu anggota keluarga yang lain harus tetap hidup. Dengan adanya asuransi yang melindungi risiko finansial, maka rencana masa depan dapat terus berjalan.
2. Membayar utang.
Ya, asuransi jiwa bisa dimanfaatkan untuk melunasi utang, dengan catatan ketika seseorang tertanggung meninggal dunia dan meninggalkan utang yang tidak terproteksi asuransi. Contohnya, Bapak A memiliki utang pribadi kepada teman atau koleganya sebesar 100 juta, artinya saat memiliki asuransi jiwa, bapak A harus memperhitungkan angka 100 juta tersebut ke dalam jumlah UP (Uang Pertanggungan).
Sehingga apabila risiko meninggal dunia terjadi pada bapak A, uang pertanggungan asuransi dapat digunakan untuk membayar utang.
3. Pengganti penghasilan (income replacement)
Seperti yang sudah dijelaskan pada poin 1, bahwa ketika seorang pencari nafkah meninggal dunia, tetaplah harus dipastikan keluarga yang ditinggalkan dapat menjalankan kehidupan dengan layak. Asuransi jiwa bisa digunakan sebagai pengganti penghasilan (income replacement). Misalnya saja memastikan sampai dengan 10-20 tahun ke depan keluarga tetap terjamin, atau sampai dengan keluarga siap untuk mandiri atau saat anak-anak sudah selesai sekolah dan mulai bekerja. Ada beberapa metode perhitungan untuk menghitung besaran angka uang yang dibutuhkan untuk setiap masing-masing keluarga.
4. Biaya akhir (final expense)
Saat seseorang meninggal dunia, bukan berarti tidak ada biaya lagi. Buat sebagian orang yang memiliki adat istiadat dan budaya tertentu, ketika meninggal memerlukan upacara yang tidak sedikit. Di sinilah asuransi jiwa juga dapat berperan, uang pertanggungan dapat digunakan untuk membiayai prosesi pemakaman khususnya yang memiliki keharusan dalam kepercayaannya.
Bentuk pengeluaran lainnya adalah biaya Rumah Sakit yang belum dilunasi dan biaya untuk balik nama harta waris, terutama dalam bentuk properti (tanah dan bangunan).
5. Biaya pendidikan anggota keluarga yang ditinggalkan.
Dengan adanya uang pertanggungan dari asuransi jiwa, maka paling tidak pendidikan para tanggungan dapat terus berjalan. Misalnya saja seorang ayah/ibu yang meninggalkan putra putrinya yang masih kecil, jika tidak mempersiapkan asuransi jiwa sedari dini maka dampaknya keluarga akan mengalami kerugian finansial.
Anda dapat menggunakan kalkulator Proteksi Diri & Keluarga ini untuk menghitung kebutuhan Uang Pertanggungan asuransi jiwa yang mencakup 5 aspek tersebut di atas.