Analisis Dampak Kenaikan Suku Bunga pada Investasi Obligasi
Tim Jendela Investasi
5 Mins Read
Pada edisi lalu (akhir Maret 2022), Jendela Investasi sudah memberi pandangan bahwa situasi ekonomi akan semakin bergejolak sehingga disarankan untuk semakin memperbesar aset berisiko lebih rendah, dan mengambil profit dari investasi yang berisiko lebih tinggi. Pada akhir-akhir ini, situasi terlihat memang semakin volatile. Secara global inflasi yang semakin tinggi disikapi dengan menaikkan suku bunga di sejumlah bank sentral. Trend ini sepertinya akan terjadi Indonesia juga, dengan tujuan untuk menjaga tingkat ketertarikan investor pada instrumen investasi di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan strategi investasi dalam menghadapi kenaikan suku bunga Bank Indonesia.
Dalam mempersiapkan strategi, tentu harus dipertimbangkan jangka waktu investasi kita dan jangka waktu perkiraan situasi gonjang ganjing ini sampai kapan akan mereda. Badai pasti berlalu, dan sambil menunggu badai akan berlalu, apa yang harus kita lakukan? Pertama, kita perkirakan sampai berapa lama badai ini kira-kira akan terjadi? Secara global, kita melihat ekonomi sudah mulai bergerak, ini terlihat dari GDP secara global sudah mulai meningkat, angka pengangguran mulai menurun dan laporan keuangan perusahaan sudah membukukan angka positif. Kenaikan suku bunga memang akan memperlambat laju aktivitas bisnis, tapi jika suku bunga tidak dinaikkan dan inflasi dibiarkan meningkat, maka hasil aktivitas bisnis pun hanya akan membukukan nilai negatif, tergerus oleh inflasi. Oleh karena itu, adaptasi terhadap kenaikan suku bunga memang harus dilalui dengan baik. Dengan mempertimbangkan kuatnya perbaikan ekonomi yang terjadi, jika tidak ada masalah global baru lagi seperti melebarnya perang atau timbulnya pandemi baru lagi, maka diharapkan adaptasi untuk mencapai titik keseimbangan baru, akan tercapai dalam satu atau dua tahun ini.
Kedua, sampai sejauh mana kira-kira dampak badai ini? Kembali kita melihat pada perkembangan situasi makro yang terjadi secara global, perbaikan kegiatan ekonomi sudah mulai terlihat, sehingga kita melihat dampak dari volatilitas tidak berdampak terlalu dalam pada bisnis real.
Dengan situasi global yang terukur, kita percaya dampak kenaikan suku bunga pada Indonesia juga akan dapat dihadapi dengan baik, karena fundamental ekonomi Indonesia juga terjaga baik. Inflasi kita terjaga pada level 3,47% pada April lalu dan GDP kita berhasil tumbuh pada level 5,01%. Namun kemungkinan akan terjadinya kenaikan suku bunga tetap harus kita antisipasi, sehingga paling tidak, selama dua tahun ini, sambil menunggu badai akan mereda, sebaiknya portofolio investasi diutamakan pada aset berisiko lebih rendah seperti misalnya Obligasi Negara. Kenaikan suku bunga bank, pastinya akan membuat harga obligasi menurun, tapi kita dapat memperkirakan sejauh mana harga akan menurun sehingga kita masih dapat membandingkan dengan return yang akan kita terima.
Oleh karena itu, pada artikel Jendela Investasi kali ini, kita akan secara khusus membahas bagaimana memperhitungkan dampak dari kenaikan suku bunga bank pada harga Obligasi dengan menggunakan perhitungan Durasi Modifikasi berikut ini.
Durasi Modifikasi adalah salah satu metode pendekatan untuk pengukuran sensitivitas perubahan harga obligasi terhadap perubahan suku bunga. Jika suatu obligasi memiliki durasi modifikasi 5, artinya setiap kenaikan suku bunga 1% akan menyebabkan harga obligasi turun 5%. Dan sebaliknya jika suku bunga turun 1% akan menyebabkan harga obligasi naik 5%.
Anda bisa menghitung durasi modifikasi dengan menggunakan formula excel MDURATION, dengan menyediakan data-data yaitu:
- Settlement Date (tanggal penyerahan)
- Maturity Date (tanggal jatuh tempo obligasi)
- Coupon (kupon per tahun dalam persen)
- Yield (yield yang diharapkan per tahun dalam persen)
- Frequency (jumlah pembayaran kupon dalam satu tahun)
- Basis (adalah perhitungan hari kupon, untuk obligasi di Indonesia umumnya menggunakan Actual/360; dalam excel diberi kode “2”)
Di bawah ini adalah contoh obligasi pemerintah Indonesia yang dijadikan benchmark untuk jangka waktu sampai jatuh tempo 5 tahun (FR0090), 10 tahun (FR0091), 15 tahun (FR0093), dan 20 tahun (FR0092).
Catatan: Prediksi harga tengah di atas adalah perhitungan secara teoritis berdasarkan fair market value. Harga transaksi yang sesungguhnya akan bergantung pada kesepakatan antar pihak yang bertransaksi mengingat saat ini transaksi obligasi di Indonesia dilakukan secara over the counter (OTC).
Dari tabel di atas tampak bahwa FR0092 adalah yang paling sensitif terhadap perubahan suku bunga. Dengan demikian bagi Anda yang membelinya untuk tujuan trading bisa memiliki potensi capital gain yang lebih besar, namun juga risiko penurunan harga yang lebih besar.
Bagi Anda yang berencana untuk membeli obligasi dan memegang sampai dengan jatuh tempo, maka bisa memanfaatkan momentum kenaikan suku bunga ini untuk mencari obligasi dengan harga terendah atau yield tertinggi. Namun tetap selalu ingat untuk menyesuaikan dengan tujuan dan jangka waktu investasi Anda.
Disclaimer
PERHATIAN
Pandangan yang diungkapkan, termasuk hasil dari kejadian di masa depan, adalah pendapat tim Jendela Investasi OneShildt hanya pada 20 Mei 2022, dan tidak akan direvisi untuk kejadian setelah dokumen ini diserahkan kepada editor untuk dipublikasikan. Pernyataan di sini tidak mewakili, dan tidak boleh dianggap sebagai, nasihat investasi. Anda tidak boleh menggunakan artikel ini untuk tujuan investasi. Artikel ini mencakup pernyataan berwawasan ke depan untuk peristiwa masa depan yang mungkin atau mungkin tidak berkembang sesuai pendapat penulis. Sebelum membuat keputusan investasi, Anda harus berkonsultasi dengan penasihat investasi, bisnis, hukum, pajak, dan penasihat keuangan Anda sendiri.
Tim Jendela Investasi:
- Imelda Tarigan, DRA, PSY, MBA, CFP®, QWP®
- Budi Raharjo, CFP®, QWP®, AEPP®, MCHT
- Mohamad Andoko, MM, CFP®, QWP®, AEPP®, MCHT
- Erlina Juwita, MM, CFP®, QWP®, CSA®
- Agustina Fitria Aryani, CFP®, QWP®, AEPP®, CSA®
- Rahma Mieta, SE, M.Si, CFP®
- Lusiana Darmawan, S.Kom, CISA, CFP®, CSA®