Recover Together, Recover Stronger

Tim Jendela Investasi

10 Mins Read


Menatap tahun 2022 yang akan datang, pemerintah mengajak kita untuk optimis dan bersemangat akan pemulihan yang lebih kuat. Asumsi pertumbuhan ekonomi1) pada angka 5,2% dengan laju inflasi yang terkendali pada 3% dengan tingkat suku bunga SUN -10 tahun pada taraf 6,8% memberi kita gambaran besar ekonomi kita akan mengalami pemulihan yang cukup kencang. Kita akan mengalami turning around (balik arah). Tapi, selayaknya setiap tindakan  balik arah, misalnya ketika kita sedang berkendara dan ingin berbalik arah U- turn, maka yang harus dilakukan adalah mengurangi kecepatan (bahkan akan berhenti jika situasi mengharuskan) menoleh kiri kanan, memastikan tidak ada kendaraan lain yang dapat menimbulkan kecelakaan. Semua dilakukan dengan hati-hati dan terukur. Sama halnya dengan ketika kita akan berbalik arah dalam hal pemulihan ekonomi, dan melakukan investasi, kita pun harus melakukannya dengan sangat hati-hati, menghitung segala kemungkinan dan melangkah dengan kewaspadaan.

Harapan akan pemulihan di tahun 2022 memang sudah sewajarnya. Namun kita tetap harus waspada akan ketidakpastian yang masih akan sangat mungkin terjadi. Misalkan saja timbulnya varian virus baru lagi, atau terjadinya bubble burst di China, atau pergolakan politik di negara besar lainnya; semuanya layak diperhitungkan karena dampaknya akan sangat besar bagi gairah investasi di negara kita. Suatu kepastian global yang juga harus sangat diperhitungkan adalah kebijakan dari The Fed untuk menaikkan suku bunga sebanyak 3 kali dalam tahun 2022, sengatannya akan sangat terasa di pasar modal kita dan seluruh dunia. Bukan tidak mungkin IHSG akan kembali ke kisaran 5900 atau bahkan ke level 5000. Dampak dari situasi ekonomi global terhadap iklim investasi di negara kita akan sangat berpengaruh walaupun pergerakan positif terjadi dalam perbaikan ekonomi makro kita. Artinya, mungkin saja bursa pasar modal akan bergerak negatif meskipun indikator ekonomi domestik menunjukkan perbaikan positif.

Mempertimbangkan semua kemungkinan tersebut, kami melihat bahwa tahun 2022 adalah tahun yang baik untuk berinvestasi namun kita harus sabar untuk menunggu hasil dari investasi tersebut. Kita sebaiknya siap menerima risiko investasi jangka pendek di tahun 2022 untuk menuai return di tahun-tahun berikutnya. Time frame investasi sebaiknya untuk jangka menengah – panjang dan tidak surut meski mungkin hasilnya negatif dalam kurun waktu jangka pendek. Untuk para investor konservatif, tentu saja produk paling cocok adalah pasar uang yang lebih aman dari gejolak pasar investasi. Ada kemungkinan suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate akan naik sehingga bunga deposito juga akan naik. Untuk para investor yang lebih agresif, produk surat utang negara layak untuk dikoleksi karena surat utang yang baru terbit tentu saja harus memberikan kupon yang lebih tinggi dari suku bunga deposito. Surat Utang Negara jangka panjang yang sudah lebih dulu terbit, kemungkinan besar akan mengalami kenaikan current yield, sehingga layak juga untuk dipertimbangkan. Di lain pihak, surat utang swasta harus diperhitungkan dengan sangat cermat, karena gejolak ekonomi masih akan cukup kuat sehingga risiko usaha masih cukup besar. Untuk jangka panjang, dapat direkomendasikan untuk mengumpulkan saham dengan fundamental kuat. Selayaknya kalau bursa sedang bergerak negatif padahal sektor real sedang mengalami perbaikan, harga saham perusahaan papan atas akan dihargai murah dan itulah waktu terbaik untuk membeli saham-saham tersebut. Bagi investor yang sangat agresif, saham lapis ketiga, yaitu saham dengan harga di bawah Rp 200, layak untuk dijadikan aset jual beli jangka pendek, atau trading. Biasanya saham-saham jenis ini akan bergerak sangat lincah. Investasi jangka panjang lainnya seperti property real juga layak untuk dipertimbangkan sebagai investasi jangka panjang karena harganya baru akan bergerak setelah tidur cukup panjang selama masa pandemi. Investasi emas ada kemungkinan untuk mengalami penurunan harga karena likuiditas global sedang terserap kebijakan suku bunga the FED. Namun jika terjadi krisis baru yang tidak terduga, maka harga emas akan melonjak lagi. Oleh karena itu, ada baiknya kalau investor membeli emas sebagai safety net dengan porsi alokasi yang tidak besar, sebagai jaga-jaga.

Yang paling penting di atas semuanya adalah investasi untuk menjaga kesehatan. Hindari stres berat, terapkan pola hidup sehat. Jangan lupa untuk belanja produk keuangan guna mengelola risiko secara terencana. Selamat menyongsong cerahnya 2022. Kita pulih bersama, menjadi lebih kuat.

Keterangan:

  • Sumber: asumsi APBN 2022

Disclaimer

PERHATIAN

Pandangan yang diungkapkan, termasuk hasil dari kejadian di masa depan, adalah pendapat tim Jendela Investasi OneShildt hanya pada 21 Desember 2021, dan tidak akan direvisi untuk kejadian setelah dokumen ini diserahkan kepada editor untuk dipublikasikan. Pernyataan di sini tidak mewakili, dan tidak boleh dianggap sebagai, nasihat investasi. Anda tidak boleh menggunakan artikel ini untuk tujuan investasi. Artikel ini mencakup pernyataan berwawasan ke depan untuk peristiwa masa depan yang mungkin atau mungkin tidak berkembang sesuai pendapat penulis. Sebelum membuat keputusan investasi, Anda harus berkonsultasi dengan penasihat investasi, bisnis, hukum, pajak, dan penasihat keuangan Anda sendiri.

Tim Jendela Investasi:

  1. Imelda Tarigan, DRA, PSY, MBA, CFP®
  2. Budi Raharjo, CFP®, QWP®, AEPP®, MCHT
  3. Mohamad Andoko, MM, CFP®, QWP®, AEPP®, MCHT
  4. Rahma Mieta, SE, M.Si, CFP®
  5. Erlina Juwita, MM, CFP®, QWP®, CSA®
  6. Agustina Fitria Aryani, CFP®, QWP®, AEPP®, CSA®
  7. Lusiana Darmawan, S.Kom, CISA, CFP®, CSA®