Tetap Berinvestasi Meski Pandemi
Tim Jendela Investasi
5 Mins Read
Pada pertengahan tahun 2021 ini, kita dikagetkan dengan naiknya angka penularan Covid 19 yang sangat tinggi, di luar perkiraan kita semua. Kenaikan jumlah korban pandemi yang tiba-tiba ini nyaris melebihi kapasitas rumah sakit dan daya layan fasilitas medis kita, hingga menimbulkan kekhawatiran akan kolaps nya sarana medis kita. Kekhawatiran ini yang membuat laju perbaikan ekonomi yang sempat bergulir pada 5 bulan pertama di tahun 2021 menjadi tersendat. Pada kenyataannya, dampaknya terhadap gerak ekonomi tidak dapat dihindari. Aktivitas bisnis riil harus diperlambat untuk menekan laju penambahan korban pandemi. Perlambatan ini secara berantai menyeret berbagai sektor terkait untuk ikut melambat juga.
Namun demikian, kita berharap situasi ini tidak berlangsung lama dan dapat segera diatasi. Kita sudah mengalami pandemi ini lebih dari satu tahun dan sudah mulai membuat kebiasaan-kebiasaan baru untuk adaptasi dengan situasi, sehingga penanganan pandemi dapat lebih cepat dilaksanakan. Pada gilirannya, kita berharap, pada kuartal ketiga tahun ini, roda ekonomi akan kembali berputar seperti pada kuartal 1 tahun ini dan akan dapat menjadi daya dorong untuk pemulihan ekonomi yang lebih baik di tahun 2022. Untuk itu, ada beberapa poin yang penting kita cermati dari data yang ada sebagai pertimbangan dalam berinvestasi :
- Kepercayaan investor pada kekuatan fundamental Indonesia untuk jangka panjang masih solid, ini dapat dilihat dari uptrend pada index harga obligasi di Indonesia, baik obligasi pemerintah maupun obligasi swasta, year on year sejak Mei 2016 hingga Mei 2021.
- Kecenderungan suku bunga Bank Indonesia 7 hari Reverse Repo Rate untuk stabil pada angka 3,5%, memberikan kestabilan untuk likuiditas.
- Inflasi terlihat sudah mencapai bottom nya pada kisaran 1,3% pada Agustus 2020. Setelah itu mulai terlihat ada fluktuasi dan cenderung meningkat hingga Mei 2021, yang menandakan mulai ada gairah belanja, ada demand. Tapi pandemi gelombang kedua yang merebak di Juni 2021, besar kemungkinan akan menghambat tren belanja itu. Perlambatan ini diharapkan hanya temporer saja, sampai pandemi mereda dan kebijakan PPKM Darurat dilonggarkan di akhir Juli 2021.
- Kondisi ekonomi global yang mulai menunjukkan aktivitas recovery, terlihat dari naiknya harga sumber energi seperti minyak mentah sebanyak 56,35% dan batubara sebanyak 59.28% year to date. Sentimen yang positif ini diharapkan akan turut berimbas positif juga pada perdagangan dalam negeri kita dengan permintaan suplai batu bara dan bahan mentah lainnya.
- Indeks harga saham gabungan masih cenderung sideways di kisaran 5900 – 6000 menandakan investor masih menunggu konfirmasi perbaikan sektor riil pada bisnis dalam negeri. Sejauh ini peran intervensi pemerintah masih dominan menopang likuiditas di dalam negeri. Setelah satu tahun lebih pemerintah banyak memberikan subsidi, investor menanti suatu titik balik yang nyata pada aktivitas bisnis riil. Gelombang kedua yang merebak, menimbulkan perlambatan lagi. Oleh karena itu, sangat diapresiasi sikap tegas pemerintah untuk mempercepat timbulnya herd immunity, antara lain melalui percepatan program vaksinasi dan penegakan disiplin prosedur kesehatan. Besar kemungkinan akan ada perbaikan riil pada kuartal ketiga sehingga diharapkan IHSG dapat memperbaiki kinerja nya dan menyentuh angka 6100-6200.
- Harga emas yang sempat menurun pada Oktober 2020, meninggalkan level Rp 1 juta per gram, terlihat mulai naik lagi pada April 2021. Kenaikan harga emas global juga meningkat pada Mei 2021.
- Penjualan otomotif ritel yang sempat melonjak pada bulan Maret 2021, akibat insentif PPN BM, pada Mei 2021 kembali menurun. Dapat dilihat demand yang solid belum berhasil tercipta. Downtrend masih mungkin terjadi untuk Juni dan Juli
Dari data-data tersebut, secara keseluruhan, dapat dimaknai bahwa perbaikan ekonomi yang mulai bergulir pada awal tahun 2021 hingga Mei 2021 akan mengalami perlambatan yang bersifat sementara akibat merebaknya gelombang pandemi di bulan Juni 2021. Namun secara umum, fundamental ekonomi masih positif , dengan manajemen keuangan yang hati-hati sehingga likuiditas dan inflasi masih terkendali. Investor pun masih memberikan kepercayaan yang positif pada Indonesia, yang tercermin dari peningkatan yang stabil pada harga obligasi pemerintah dan swasta.
Melanjutkan pengamatan kami sebelumnya, kami melihat perubahan situasi yang terjadi akibat merebaknya pandemi gelombang kedua ini adalah situasi temporer yang diharapkan dapat dilalui dengan baik pada kuartal ketiga tahun ini. Oleh karena itu, rancangan investasi yang telah dimulai pada April 2021 masih dapat dipertahankan. Namun demikian, untuk mengantisipasi ketidakpastian akibat pandemi gelombang kedua ini, adalah bijaksana jika memberikan alokasi investasi yang sedikit lebih besar pada aset safe haven yaitu emas (logam mulia, baik fisik maupun digital).
Disclaimer
PERHATIAN
Pandangan yang diungkapkan, termasuk hasil dari kejadian di masa depan, adalah pendapat tim Jendela Investasi OneShildt hanya pada 5 Juli 2021, dan tidak akan direvisi untuk kejadian setelah dokumen ini diserahkan kepada editor untuk dipublikasikan. Pernyataan di sini tidak mewakili, dan tidak boleh dianggap sebagai, nasihat investasi. Anda tidak boleh menggunakan artikel ini untuk tujuan investasi. Artikel ini mencakup pernyataan berwawasan ke depan untuk peristiwa masa depan yang mungkin atau mungkin tidak berkembang sesuai pendapat penulis. Sebelum membuat keputusan investasi, Anda harus berkonsultasi dengan penasihat investasi, bisnis, hukum, pajak, dan penasihat keuangan Anda sendiri.
Tim Jendela Investasi:
- Imelda Tarigan, DRA, PSY, MBA, CFP®
- Budi Raharjo, CFP®, QWP®, AEPP®, MCHT
- Mohamad Andoko, MM, CFP®, QWP®, AEPP®, MCHT
- Rahma Mieta, SE, M.Si, CFP®
- Erlina Juwita, MM, CFP®, QWP®, CSA®
- Agustina Fitria Aryani, CFP®, QWP®, AEPP®, CSA®
- Lusiana Darmawan, S.Kom, CISA, CFP®, CSA®