Evaluasi Ketahanan Keuangan Saat Pandemi

 
(Topik ini diberikan pada 6 Oktober 2020 dalam rangkaian program “Padma EduShare”, merupakan kerja sama OneShildt Financial Planning dengan Padma Radya Aktuaria)

Pada sesi ini kami menjelaskan bahwa terjadinya pandemi tidak saja berdampak pada kesehatan namun juga berdampak secara finansial dalam keluarga  antara lain terjadinya PHK, penurunan pendapatan, dan peningkatan pengeluaran. Mengingat masa pandemi diperkirakan masih akan berlangsung lama, maka keluarga harus mempersiapkan diri agar memiliki ketahanan keuangan. Kesehatan arus kas, kecukupan dana darurat, dan proteksi  adalah yang menjadi penentu ketahanan keuangan saat terjadi risiko finansial. Oleh karena itu beberapa hal yang harus dilakukan dalam evaluasi ketahanan keuangan saat pandemi adalah:

  1. Cek kondisi arus kas, terutama jika mengalami pengeluaran lebih besar daripada pemasukan
  2. Cek rasio utang, terutama jika rasio cicilan semua utang lebih besar terhadap pendapatan lebih besar dari 35%
  3. Cek dana darurat, terutama jika dana darurat masih kurang dari 3 bulan kebutuhan hidup
  4. Proteksi kesehatan dan jiwa, terutama jika proteksi yang dimiliki belum memadai.

Untuk melakukan pengecekan kesehatan keuangan (seperti arus kas, utang, dana darurat) dapat menggunakan kalkulator Kesehatan Keuangan.

Untuk melihat berapa Dana Darurat yang dibutuhkan dapat menggunakan kalkulator Dana Darurat.

Untuk melihat kebutuhan proteksi penghasilan dapat menggunakan kalkulator Proteksi Diri dan Keluarga.

 

Sesi Tanya Jawab

Q: Minimal berapa persen penghasilan bulanan untuk kita setor ke dana darurat.?

A: Bapak bisa cek dulu kondisi kesehatan keuangan saat ini. Jika penghasilan tidak terdampak, bisa dengan menyisihkan setidaknya minimal 10% dari penghasilan untuk Dana Darurat sampai jumlah ideal terpenuhi, sembari juga menyisihkan penghasilan untuk investasi demi mencapai tujuan keuangan lainnya.
 
Q: Apa perbedaan antara tabungan dengan dana darurat?

A: Perbedaan antara tabungan dengan dana darurat adalah pada tujuan keuangannya. Tabungan, adalah sejumlah uang yang biasanya digunakan untuk tujuan keuangan yang jelas dalam jangka pendek, seperti menyiapkan dana travelling, dana untuk membeli peralatan elektronik, dan lain-lain. Sementara dana darurat adalah sejumlah uang yang disimpan dalam rekening terpisah untuk tujuan yang darurat ( emergency ).
 
Q: Jika usia sudah di atas pensiun apakah masih bisa bermanfaat perencanaan keuangan yg disampaikan Ibu Aziza?

A: Jika usia sudah di atas usia pensiun, tetap perlu melakukan cek kesehatan keuangan. Kehidupan setelah pensiun tetap memerlukan dana untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Jika tidak dipersiapkan dari dini, dikhawatirkan akan membebani anggota keluarga lainnya. Usia pensiun pun tetap membutuhkan dana darurat. Terlebih lagi perlu dicek kecukupan proteksi untuk kesehatan, karena pada umumnya lebih rentan terhadap penyakit tertentu. Jika tidak memiliki asuransi kesehatan, setidaknya memiliki BPJS Kesehatan.
 
Q: Antara pemenuhan kebutuhan dana darurat dan perbaikan rasio utang ( jika sudah lewat dari rasio yang ideal), mana yang didahulukan?

A: jika rasio utangnya melebihi rasio ideal, apalagi jika kebanyakan berupa utang konsumtif berbunga besar (seperti kartu kredit, KTA, kredit kendaraan), maka diutamakan untuk mempercepat pelunasan utang agar rasionya menjadi ideal. Tetapi jika rasio utang melebihi rasio ideal karena utang produktif jangka panjang seperti KPR , maka bisa tetap membayar cicilan seperti biasa dan sekaligus menyisihkan tiap bulan untuk menambah dana darurat. Jadi bisa prioritaskan dahulu penyehatan rasio utang yang dikarenakan beban utang konsumtif. Setelah itu, pelunasan kewajiban utang produktif dapat dilakukan bersamaan dengan pemenuhan Dana Darurat.
 
Q: Bagi yang kesulitan mengatur/membuat dana darurat karena memang kebutuhan yang tinggi bulanannya (misal selama pandemi: kenaikan listrik, kebutuhan pokok meningkat, dsb sehingga penghasilan bulanan selalu terpakai keseluruhan), bagaimana mensiasatinya?

A: Banyak sekali cara untuk menyusun dana darurat, antara lain :

  1. Menggunakan cara cost sharing, biasanya untuk keluarga dapat berbagi tanggung jawab antara suami dan istri untuk menyusun pundi dana darurat keluarga
  2. Dapat secara rutin menyisihkan minimal 5% saja dari penghasilan.
  3. Saat ada penghasilan tambahan lainnya dapat langsung ditempatkan ke dalam pundi dana darurat.
  4. Cut cost potential, artinya melakukan penghematan di pos-pos keuangan yang sebenarnya dapat dikurangi, seperti pengeluaran gaya hidup.