Generasi Milenial Susah Nabung ?

Lusiana Darmawan, S.Kom, CISA, CFP® | @lusianadarmawan

10 Mins Read



 
Merujuk pada Indonesia Millennial Report 2020 yang dirilis oleh IDN Research Institute, generasi milenial adalah mereka yang berusia 21 – 36 tahun di tahun 2020. IDN Research Institute dalam risetnya yang berkolaborasi dengan Nielsen kemudian mengelompokkan generasi milenial ini menjadi 7 tipe. Tiap tipe kemudian dibedah karakteristiknya, mulai dari karir, hobi, pandangan politik, hingga perilaku konsumsi atau kebiasaan dalam berbelanja yang akan kami jabarkan di bawah ini:

  1. Adventurer – tipe yang impulsif dalam berbelanja dan cenderung mudah terpengaruh dengan promosi.
  2. Leader – tipe yang hanya membeli barang yang dibutuhkan dan tidak mudah terpengaruh oleh promosi/diskon.
  3. Artist – tipe ini membeli barang karena fungsinya dan yang dibutuhkan saat ini.
  4. Visionary – tipe yang paling memilih untuk berbelanja online. 
  5. Socializer – tipe ini butuh untuk bersosialisasi, seperti ikut arisan atau berkumpul dengan sahabat sehingga cenderung untuk membeli barang premium yang sekiranya dapat meningkatkan citra positif mereka. Tipe ini juga cenderung membeli barang yang kekinian. Namun, di sisi lain mereka akan berusaha untuk mencari barang dengan harga/promosi terbaik.
  6. Conservative – tipe yang paling dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
  7. Collaborator – tipe ini juga cenderung untuk membeli barang yang kekinian yang bisa meningkatkan citra positif mereka.

Namun, apakah artinya dengan pola konsumsi seperti di atas kemudian menyebabkan Milenial tidak bisa menabung?

Sebelum bisa berhemat dan mulai menabung atau berinvestasi, lakukan langkah-langkah berikut:

  1. Catat pengeluaran kamu setidaknya selama sebulan penuh untuk mengetahui pola konsumsi.
  2. Review catatan pengeluaran kemudian klasifikasi mana yang merupakan kebutuhan (needs) dan mana yang keinginan (wants atau pengeluaran untuk gaya hidup). Ini bisa berbeda untuk tiap orang. Ada yang menghabiskan uangnya untuk hobi, ada yang belanja fashion terkini. Ada yang mengeluarkan uang ekstra untuk membeli makanan, mainan dan perawatan binatang peliharaan (pets). Ada yang boros karena sering jajan makanan/minuman kekinian (boba, kopi susu, dll). Belum lagi yang mengeluarkan uang untuk membeli paket keanggotaan gym yang jarang digunakan padahal sudah dibayar setahun di muka. Atau ada juga yang langganan internet super kencang tapi jarang di rumah. Ada yang sering menggunakan moda transportasi yang mahal padahal ada alternatif moda lain yang lebih murah? Kamu bayar uang kos/sewa apartemen mahal yang sebenarnya bisa untuk membayar cicilan KPR? Setelah tahu pos-pos pengeluaran yang menghabiskan uang kamu, pilah mana yang bisa dikurangi atau dicari alternatifnya yang lebih murah.
  3. Buat anggaran pengeluaran setiap bulan. Jangan lupa anggaran pengeluaran yang sifatnya tahunan, misal: bayar pajak kendaraan bermotor, bayar premi asuransi, dll. Sebagai contoh, biaya hidup (di dalamnya termasuk biaya makan, transportasi, akomodasi, dll) dianggarkan tidak lebih dari 50% pemasukan. Anggaran lifestyle 10%. Anggaran investasi 10-20% atau bahkan bisa lebih besar untuk yang belum punya tanggungan. Anggaran zakat/persepuluhan/bantuan keluarga 10%, dan seterusnya.
  4. Yang terpenting adalah memiliki tujuan keuangan. Hal ini yang akan menjadi rem saat akan melakukan suatu rencana pengeluaran uang. Kamu akan ingat bahwa ada tujuan yang lebih penting daripada untuk memenuhi kebutuhan sesaat atau yang kurang penting. Kamu bisa mulai dengan mengumpulkan dana darurat sebagai tujuan perdana. 
  5. Jika kamu punya utang, Fokus pada pelunasan utang dulu, sehingga kemudian kamu bisa leluasa untuk investasi ataupun belanja.
  6. Otomatisasi investasi kamu di awal saat menerima gaji/pemasukan. Artinya setiap kamu menerima pemasukan, lakukan perintah transfer setiap tanggal tersebut untuk memindahkan sejumlah uang ke rekening tabungan/investasi.

Jika semua langkah di atas sudah dilakukan tetapi tabungan masih pas-pasan, mungkin saatnya kamu mencari penghasilan tambahan.

Ingat bahwa penghasilan bertambah, gaya hidup sebaiknya tetap sama. Hiduplah seolah-olah penghasilan kamu belum naik. Penghasilan tambahan bisa digunakan untuk akselerasi pencapaian tujuan keuangan.

Tips agar bisa hemat lainnya adalah selalu mencari alternatif untuk kegiatan yang saat ini menghabiskan uang. Misal: berhenti langganan tv berbayar yang hanya ditonton saat ada serial kesukaan, cari keanggotaan gym yang bisa kamu bayar per kedatangan, buat kopi sendiri di rumah, sebelum belanja, selalu rajin bandingkan harga barang yang ingin kamu beli di berbagai online platform dan cari yang termurah. Selamat mencoba!

Source: IDN Times – https://cdn.idntimes.com/content-documents/Indonesia-millennial-report-2020-by-IDN-Research-Institute.pdf