Bikin Bonus Tidak “Hangus”
Rahma Mieta Mulia, SE, M.Si, CFP® | @rahmamieta
10 Mins Read
Buat Anda yang bekerja kantoran, menerima uang bonus bisa jadi hal yang ditunggu-tunggu. Apalagi kalau nilai nominalnya besar mencapai lebih dari 3x gaji bulanan. Langsung terbayang rencana liburan dengan teman/keluarga, beli gadget atau ganti handphone baru, atau hal apapun yang memang sudah diimpikan sejak lama. Apalagi Anda yang masih single, yang belum punya tanggungan finansial, biasanya yang terpikir pertama kali saat mendapat uang bonus adalah untuk senang-senang.
Uang bonus itu salah satu sumber pemasukan tahunan Anda selain THR. Bahkan angkanya bisa lebih besar, tergantung kondisi keuangan perusahaan dan seberapa baik performa Anda di kantor. Tapi sayangnya, tidak seperti THR, uang bonus ini mungkin tidak bisa Anda terima setiap tahun. Saat ekonomi lesu dan berdampak pada keuangan perusahaan, bisa jadi perusahaan memutuskan untuk tidak membagikan uang bonus kepada karyawan. Karena adanya ketidakpastian itu, maka akan lebih baik kalau Anda bisa mengoptimalkan uang bonus yang Anda dapat dengan perencanaan yang matang.
Dalam merencanakan cash flow, ada aturan: “pengeluaran tahunan dibiayai dari pendapatan tahunan, pengeluaran bulanan dibiayai dari pendapatan bulanan.” Ini dilakukan agar cash flow Anda tidak terganggu. Misalnya saja, untuk membayar pajak mobil Rp 5 juta. Kalau gaji bulanan Anda Rp 15 juta, lalu Rp 5 juta sudah digunakan untuk membayar pajak mobil, berarti di bulan itu, lebih dari 30% dari pendapatan sudah digunakan, padahal kebutuhan bulanan yang lain juga perlu dipenuhi. Maka untuk pengeluaran tahunan yang nominalnya besar, memang sebaiknya dibiayai dari pendapatan tahunan seperti THR dan uang bonus yang nominalnya juga besar.
Tips Mengelola Uang Bonus atau Pendapatan Tahunan Lainnya
Pertama, buat daftar pengeluaran tahunan Anda, apa saja dan berapa jumlahnya. Yang dimaksud pengeluaran tahunan disini adalah pengeluaran yang tidak dikeluarkan rutin setiap bulan, bisa cuma setahun sekali, setahun 2 kali, setahun 4 kali, yang nominalnya itu besar. Beberapa contoh pengeluaran tahunan seperti :
- Pajak (pajak kendaraan, rumah, dll)
- Kebutuhan hari raya (Idul Fitri, Idul Adha, Hari Raya Natal, dll)
- Premi asuransi tahunan
- Uang tahunan sekolah anak
- Kebutuhan investasi
- Liburan, dll.
Kedua, dari daftar tersebut, buat skala prioritas dari kebutuhan yang penting sampai kebutuhan yang sifatnya bisa ditunda. Misalnya, rencana untuk liburan ke luar negeri menjadi skala prioritas terakhir kalau ada sisa dari saldo tahunan. Kalau tidak ada sisa, Anda bisa menundanya atau memilih destinasi liburan lain yang dananya mencukupi.
Lalu, bagaimana jika setelah dihitung dan dibuat skala prioritas ternyata pendapatan tahunannya tidak cukup? Jika itu terjadi, maka mau tidak mau Anda harus menyisihkan dari pendapatan bulanan yang Anda terima. Misalnya, kalau kekurangannya Rp 5 Juta dan harus Anda penuhi selama 1 tahun, maka Anda harus menyisihkan Rp 400 Ribuan setiap bulan.
Ketiga, buat rekening tahunan yang memang dikhususkan untuk cash flow tahunan. Saat terima THR, bonus tahunan, dan pendapatan tahunan lainnya, dimasukkan ke rekening tersebut. Begitu pula saat membayar pengeluaran tahunan, juga mengambil dana dari rekening tersebut. Dengan begitu, Anda jadi lebih disiplin, uang tahunan juga tidak akan bercampur dengan kebutuhan lain, serta segala transaksi tahunan juga akan tercatat sehingga bisa dijadikan patokan untuk membuat anggaran tahunan untuk tahun depan.
Dengan menjalankan ketiga tips tersebut, maka uang bonus yang Anda terima tidak akan “hangus” begitu saja untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting. Jika sudah menikah, jangan lupa juga selalu diskusikan dengan pasangan. Apalagi jika menyangkut skala prioritas, karena bisa jadi pasangan Anda punya pendapat yang berbeda mengenai kebutuhan mana yang perlu dipenuhi terlebih dahulu dan mana yang tidak.